Senin, 18 Mei 2009

The True Power of Grateful



“When you are grateful, fear disappears and abundance appears“

Anthony Robbins

Hmm…inget gak ya kapan terakhir kali kita merasa bersyukur? Saya sendiri terakhir kali mengucapkan syukur Alhamdulillah subuh tadi, di saat tubuh saya merasakan dingin menggigil yang luar biasa hebat, sedangkan suhu badan saya hampir mencapai 38 derajat celcius, sungguh sebuah ujian yang kemudian saya syukuri juga, karena dengan diberikan sakit, saya percaya bahwa Allah masih menganggap saya bagian dari hamba-Nya, dan pantas diingatkan bahwa begitu berharganya setiap detik kehidupan yang telah diberikan kepada kita. Di tengah rasa sakit yang amat menyiksa itu, saya mencoba membuka mata dan mendapati seseorang tengah memegang tangan saya sambil terlelap kelelahan, dengan posisi yang begitu tidak nyaman. Saya mencoba mengusap rambutnya dan membisikkan padanya untuk membetulkan posisi tidurnya. Sudah dua hari ia di situ, merawat seorang anak manja rewel yang sangat sulit untuk dibuat menurut. Saat itu saya sadar, saya tidak sendiri, dan saya dicintai.

Bukan hanya itu saja yang membuat saya enggan berhenti untuk mengucap kata syukur. Semenjak dilahirkan sampai dengan sekarang berusia 22 tahun, Alhamdulillah saya merasakan kehangatan dan kasih sayang dari sebuah keluarga hebat yang selama ini menjadi tempat bernaung saya. Tidak jarang saya dibuat kesal dan marah, bertengkar karena merasa ini dan itu, berontak karena merasa dikekang untuk melakukan perbuatan yang saya anggap benar. Sesosok ayah dan ibu terbaik, juga adik lelaki dan adik perempuan yang terlucu di seluruh dunia. Mereka selalu ada. Nyata. Tidak jarang membuat kesal dan marah, tapi mereka selalu di situ, bahkan ketika saya membuat kesalahan terbesar dan perbuatan terbodoh sekalipun, maaf itu tak pernah habis dan di sini selalu menjadi tempat ternyamanku.

Sahabat-sahabat terbaik di seluruh dunia. Dengan tegas saya bisa bilang: Ya, saya punya mereka. Setiap detik bersama mereka seperti tidak ada habisnya. Sekolah, kuliah, jalan-jalan, makan, belanja, ujian, karaoke, nonton, bertukar oleh-oleh setelah masing-masing pulang kampung, merayakan ulang tahun, tahun baru, buka puasa, shalat berjamaah, bergosip, senam, semuanya pernah kami lakukan bersama. Mereka selalu tahu caranya membuat tersenyum, tertawa kecil, sampai terpingkal-pingkal. Bukan hanya saat-saat menyenangkan. Di saat saya sakit, menangis, kecewa, dan salah dalam mengambil keputusan, mereka tidak pernah berkata “Tuh kan, aku bilang juga apa…”. Mereka hafal betul raut muka ini jika ada sesuatu yang salah, dan akan bertanya pada waktu dan tempat yang sangat tepat. Mereka adalah sumber keberanian dan kekuatan, tempat bercerita segala hal, yang paling memalukan sekalipun. Mereka yang terbaik. Could never ask for more..

Tampak sempurna? Whoaaa…jangan salah, seringkali saya bangun dengan muka cemberut dan perasaan kesal ketika berdiri di depan cermin. Menggugat Tuhan dengan arogan dan bertanya kenapa saya harus diberikan hidung sepesek ini? kenapa tubuh saya gendut? Kenapa lengan saya besar? Kenapa di pipi saya ada noda hitam? Dan kenapa saya tidak memiliki bibir penuh nan seksi seperti Kim Basinger atau pipi setirus Cameron Diaz? Bukan hanya itu, saya juga sering mendapati diri saya termangu di etalase Mango dan bertanya-tanya kenapa sih jeans lucu ukuran 28 itu tidak muat di pinggang raksasa ini? Kenapa tube dress mini Bebe yang terlihat sempuna di tubuh Hillary Duff itu jadi nampak seperti lampion cina raksasa di atas tubuh gemuk saya? Sangat jelek!!! Huufff… tampaknya kata-kata Brother David Steindl-Rast sangatlah benar: “GRATEFULNESS IS THE KEY TO A HAPPY LIFE THAT WE HOLD IN OUR HANDS, BECAUSE IF WE ARE NOT GRATEFUL, THEN NO MATTER HOW MUCH WE HAVE, WE WOULD NOT BE HAPPY, BECAUSE WE WILL ALWAYS WANT TO HAVE SOMETHING MORE AND MORE AND MORE….”

Saya tidak mau menjadi orang yang tidak bahagia karena memaksakan untuk memiliki apa yang tidak bisa saya miliki. Biarlah Hillary Duff saja yang menikmati bahagianya mengenakan tube dress itu, toh saya masih bisa mengenakan midi-length lace dress plus pashmina yang walaupun sederhana akan membuat saya kelihatan lebih cantik dan tidak seperti lampion cina raksasa. Kalau saja dari dulu saya membuka mata saya selebar ini, melihat bahwa saya digelimangi harta-harta yang tak ternilai oleh komoditas apapun. Melihat bahwa saya dicintai oleh begitu banyak orang, tanpa pamrih, tanpa menuntut apa-apa…hanya cinta saja. Dan subuh itu, di tengah demam tinggi (akibat diet karena terobsesi tube dress Hillary Duff) yang amat menyakitkan, saya membuka mata saya lebih lebar, melihat lelaki yang ada di samping saya, lelaki yang tak lama lagi akan saya nikahi, ia terlelap sambil memegangi tangan saya, mungkin tidak menyadari bahwa saya sedang memperhatikan dan mengecup keningnya. Saya bersyukur, bersyukur, dan mensyukuri kebahagiaan ini. Alhamdulillah Ya Allah….



0 komentar:

 
Design by Amanda @ BloggerBuster